tweeter : @lislustya // facebook : Rahayu Sulistyawati // Skype : tya.dekorasia

Saturday, May 31, 2014

Karena Ingin Kubungkus Inggris Untuk Keempat Anakku



Dear Kinan,

Anak perempuanku yang melankolis. Ibu pikir, anak pertama itu seharusnya laki-laki, biar bisa melindungi adik-adiknya. Tapi setelah kamu lahir, Ibu sangat yakin kamu akan menjadi perempuan anggun yang dewasa, yang penuh kasih sayang untuk adik-adikmu.

Namamu diambil dari buku Kukila karangan M. Aan Mansyur, tepatnya di halaman 117 pada bab Aku Ingin Selalu Bangun Lebih Pagi. Nanti Kinan disitu diceritakan sebagai seorang perempuan yang gemar sekali membaca buku-buku Sapardi Djoko Damono. Selain itu namamu juga terinspirasi dari salah satu penari kondang di Jogja, kota tempat Ibu bekerja sekarang. Penari bernama lengkap Kinanti Sekar Rahina itu sedang laris manis dan pertunjukannya bisa disaksikan di berbagai acara seni yang rata-rata tidak berbayar. Sepak terjangnya baru-baru ini adalah tarian Jampi Gugat yang melibatkan 100 penari, berdurasi 5 menit, dihelat di Tugu Jogja saat mengisi gelaran Jogja International Street Performance (JISP). Tarian yang bertujuan untuk menghidupkan kembali minuman tradisional jamu yang sudah mulai tergantikan dengan soft drink itu sangat sukses.

Tidak. Ibu tidak ingin kamu menjadi seperti mereka, karena setiap orang punya ketertarikan yang berbeda-beda. M. Aan Mansyur mungkin bisa menjadi penulis hebat seperti sekarang karena satu kata dipikirannya, “baca” misal. Kinanti Sekar Rahina bisa menjadi penari yang sukses karena satu awalan kata “tari” misal. Ibu ingin kamu menemukan benang merahmu.

Dear Kinan, Ibu ingin ceritakan sesuatu tentang benang merah Ibu. Ibu dilahirkan di suatu kampung yang jauh dari Kota Solo. TK dikampung belum ada pelajaran bahasa asing seperti sekarang. Ketika beranjak SD, semacam umum jika seorang guru diberbagai sekolah akan menanyakan “Anak-anak, kalau sudah besar nanti mau jadi apa?”

Waktu itu hanya ada 16 murid termasuk Ibu. Delapan teman Ibu menjawab ingin jadi Dokter. Empat teman laki-laki menjawab ingin menjadi Pilot. Satu orang ingin menjadi Doktor. Ibu tidak paham perbedaan Dokter dan Doktor waktu itu. Dua teman Ibu tidak menjawab karena mungkin bingung atau tidak paham dengan pertanyaannya. Ibu satu-satunya murid yang menjawab ingin menjadi Guru. Guru Bahasa Inggris. Entah darimana kosa kata Inggris itu muncul. Awal sekolah baru dimulai. Pelajaran Sejarah, Geografi belum dimulai. Ibu lalu terdiam setelah menjawab. Ya, Inggris.

Enam tahun berlalu. SMP dekat Bandara Adi Soemarmo adalah tujuan Ibu. Rupanya Ibu masih samar-samar menyimpan kata Inggris. Seusai sekolah, salah satu guru Bahasa Inggris memberikan les gratis. Tentu saja kesempatan itu tidak Ibu sia-siakan. Disaat teman-teman Ibu yang lain sudah ditunggu jemputan, Ibu dengan sukacita ikut kelas tersebut. Les seminggu dua kali, hari Selasa dan Kamis, dimulai jam 2 siang dan berlangsung selama 1,5 jam. Di Indonesia, Bahasa Inggris masih jadi salah satu pelajaran pokok saat ujian nasional. Ibu berhasil mencapai nilai 9.25 saat hasil ujian nasional diumumkan. Diikuti dengan 5.35 untuk Matematika dan 6.75 untuk Bahasa Indonesia. Ya, memang tidak memuaskan, tapi Ibu senang karena benang merah Ibu terulur 1 strip lebih panjang.

Dear Kinan, akhir-akhir ini Ibu lihat kamu senang sekali mengumpulkan kain-kain perca bekas dari jahitan nenekmu. Bisa jadi itu benang merahmu. Ibu akan tunjukkan beberapa cermin yang ada di showroom tempat Ibu kerja. Mereka terbuat dari ranting-ranting pohon yang tidak terpakai, Koran-koran bekas, dan hasilnya selalu habis diborong oleh para importir. Importir dari Singapura pernah cerita, dia belakangan ini banyak membeli coffee table yang terbuat dari boatwood, kayu bekas kapal yang kuat dan warna vintagenya original. Produk ini memang sedang laku disana, tapi tak sedikit juga orang-orang kaya dari Jakarta membeli langsung kesana, ke Singapura. Importir Singapura membeli barang di Jogja, lalu dibeli oleh orang-orang Jakarta. Sudahlah, mungkin mereka memang sangat banyak uang. The point is, who knows someday, you do recycling more creative and could spread the products around the world.
Dear Sunry,

Anak lelakiku yang hangat dan penuh semangat. Namamu tercipta dari langit pukul lima pagi. Iya, Ibu suka sekali memandang langit di jam itu. Langit masih biru, lampu taman masih menyala, kemudian perlahan-lahan muncul sinar matahari. When the sun is rising, I’m deeply smiling, imagining your cloudless face.
Sehabis ujian SMP Nak, Ibu diterima di salah satu SMK dekat Stadion Manahan Solo. Tidak ada jurusan langsung menjadi guru. Akhirnya Ibu mengambil jurusan sekretaris. Disini Ibu tetap belajar Bahasa Inggris., bahkan semakin banyak jam dan kelasnya. Ada dua guru waktu itu. Guru pertama mengajar speaking dan reading, sedangkan guru kedua untuk listening dan writing.  Lagi-lagi Ibu dapat nilai jeblog untuk Bahasa Indonesia dan Matematika saat ujian nasional berakhir. Tapi seperti saat SMP kemarin, Ibu dapat nilai lumayan bagus untuk Bahasa Inggris.
Dear Lee Bo Na,

Anak perempuanku yang seksi dan pandai bergaya. Namamu diambil dari salah satu karakter di drama Korea yang berjudul The Heirs. Iya Nak, Ibu newbie penggemar drama Korea, tidak seperti Koh Amrazing, salah satu penulis favorit Ibu, yang koleksinya luar biasa banyak. 

Lee Bo Na sendiri bukan pemeran utama. Ibu kurang suka dengan pemeran utama di drama itu. Orangnya terlalu baik tapi lemah. Sering ditindas dan sedih walaupun pasti akan berakhir sangat bahagia. Ibu jatuh cinta dengan Lee Bo Na yang diperankan oleh Jung Soojung atau yang biasa dipanggil dengan Krystal. Lee Bo Na adalah perempuan cantik, seksi, punya suara dan gaya bicara yang khas, cenderung cepat dan sangat menggemaskan. Berlagak cuek tapi sebenarnya perhatian terhadap teman, pencemburu garis keras, dan sangat mencintai kekasihnya.

My Dear Bo Na, seperti yang Ibu ceritakan kepada kedua kakakmu, Kak Kinan dan Kak Sunry, kamu pasti kelak akan menemukan juga benang merah hidupmu. Akhir-akhir ini Ibu sering melihatmu aktif menari di Sanggar. Tarian jawa klasik Rengga Mataya sudah hampir kamu kuasai. Tubuhmu meliuk dengan luwes dan wajah jawamu ayu, walaupun cara berpakaianmu bertolak belakang. Modern seperti Lee Bo Na di drama itu, hahahaha…
My Bo Na, setelah lulus SMK, Ibu melanjutkan kuliah di salah satu Akademi Bahasa Asing (ABA) di Solo. Dengan mantap Ibu ambil jurusan Bahasa Inggris. Di semester dua Ibu ambil les Bahasa Inggris di sebuah Lembaga setelah pulang kuliah. Lembaga itu bernama Quick Concept. Menggelikan bukan? Kuliah jurusan Bahasa Inggris dan masih les Bahasa Inggris. Konyol kata sebagian teman. It’s too much.

Walaupun aneh, Ibu ingin mengulur benang merah itu supaya semakin panjang. Dan hasilnya? Di semester empat lembaga itu menelepon Ibu. Meminta Ibu untuk ditraining dan akan dijadikan guru. Wait, Guru? Guru Bahasa Inggris. Seketika ingatan Ibu mundur cepat ke kelas 1 SD. Hati Ibu riang tak terkira. It was like a dream came true. Ibu mengajar di Quick Concept sampai lulus kuliah.

Saat skripsian, Ibu dan teman-teman sudah ancang-ancang mencari pekerjaan. Pengangguran setelah lulus kuliah itu momok yang tingkat menakutkannya lebih dari hantu. Atas rekomendasi teman, Ibu mengirim surat lamaran ke sebuah perusahaan ekspor di Surabaya. Mengirim via pos waktu itu harus ekstra sabar, tidak secepat kilat seperti mengirim email di zaman modern ini. Seminggu-dua minggu berlalu, akhirnya Ibu dapat panggilan dari perusahaan tersebut. Ibu bolak-balik Solo-Surabaya untuk menjalani serangkaian tes. Tes tertulis yang makan waktu hampir seharian, lalu menunggu hasil seminggu. Dipanggil lagi untuk tes wawancara, dan menunggu seminggu lagi untuk hasilnya. Akhirnya sebelum wisuda, Ibu sudah pindah ke Surabaya untuk menjalani training.

Perusahaan itu bernama PT UBS, sponsor crown untuk Miss Indonesia dan Putri Indonesia yang rutin digelar per tahun. Pengalaman yang menyenangkan selama kerja disana adalah pada saat bulan Oktober, saat UBS mengadakan pameran di Empire Palace Convention Surabaya. Ibu menemani semua buyer yang diundang. We talked like buddies while enjoying the performance of Putri Indonesia, Karenina Sunny Halim. Setelah itu Ibu pindah dari perusahaan ekspor satu ke perusahaan ekspor lainnya sampai akhirnya terdampar di Jogja ini.

Mungkin bagi sebagian orang Ibu berlebihan, terlalu mendewakan orang asing. But this is my life, as long as I enjoy it, people don’t really matter. I hope could visit their countries, mmm, such as a long working trip, from one country to another especially in England.

Dear Raesaka,

Anakku yang terakhir, anak lelakiku yang keranjingan membaca buku. Sebelum Ibu lanjut cerita, Ibu mau pindah nulis disini Nak. Selain kutu buku, kamu ternyata sedang menggilai Buddha. Kamu telaten membuat Buddha Water Fountain, Buddha Wall Decoration, Buddha Statue. Barangkali besok Ibu akan ajak kamu ke showroom ini untuk melihat lebih banyak lagi koleksi Buddha.
Oh ya, namamu diambil random dari seseorang di twitter. Raesaka Yunus. Entah siapa dia, selebtweet atau siapa. Seperti nama kakak-kakakmu, Ibu juga langsung jatuh cinta dengan nama itu. Setau Ibu, dia berteman dengan orang-orang hebat. Dengan Koh Amrazing salah satunya, penulis yang Ibu ceritakan ke Kak Lee Bo Na tadi. Beberapa lainnya adalah Mbak Rahne Putri, Mbak Windy Ariestanti, Mas Zarry Hendrik. Mereka adalah penulis-penulis yang bukunya menghiasi bookcase dikamar Ibu.

Melanjutkan tentang benang merah, Ibu menemukan sebuah buku yang berjudul Edensor. Setelah selesai membaca, Ibu semakin penasaran dengan tempat itu. Diceritakan, Edensor adalah salah satu desa yang cantik, terletak di Derbyshire Inggris dekat kota Sheffield. Rumah-rumah penduduk berselang-seling diantara jerejak anggur, hamparan desa yang menawan, jajaran bunga daffodil. Waaa, semacam negeri dongeng yang indahnya bertubi-tubi. Disanakah Bahasa Inggris tercipta? Konon katanya, panggilan sehari-hari dengan semua orang menggunakan Dear. Itu sebabnya ibu sering sekali memakai Dear saat memanggil kalian. Dear Kinan, Dear Sunry, Dear Lee Bo Na, Dear Raesaka, I love you so much!!!

Yes, it’s called de rode draad’ in Dutch. I believe that every person has it, like a grassroot. Depends on what we’d do with that, whether we just let it patch in our body, or we’ll elongate it as far as possible. It definitely follows us from birth to death.

Ibu ingin mengulur benang Ibu semakin dan semakin jauh lagi. Ibu ingin ke Inggris. Ingin  ke Big Ben, Ingin ke Buckingham Palace, ingin ke Westminster Abbey, ingin ke Trafalgar Square, ingin ke London Eye, ingin ke Beatles Museum, ingin ke King’s Cross Station, dan semua-muanya. Ibu ingin membungkus mereka satu persatu dan menceritakannya dengan kalian. Entah kapan. Entah kapan kalian lahir. Karena sekarang Ibu ….masih jomblo :/

Tulisan ini diikutkan dalam kuis #InggrisGratis yang diadain oleh misterpotato